Recent Posts

Lima Fakta Tak Mengenakkan Kehidupan Di Palestina Akibat Penjajahan Israel

16.58 Add Comment

LONDON, Jum’at (Middle East Monitor): Saya mencukur jenggot agar petugas keamanan Bandara Ben Gurion ‘Israel’ tidak mencap saya sebagai “teroris”. Belakangan ini, memegang paspor Turki di bandara ‘Israel’ agak kurang menguntungkan. Saya diinterogasi selama setengah jam dan menganggap diri saya beruntung, karena beberapa rekan saya ditahan lebih dari enam jam.

Pada perjalanan kali ini saya benar-benar beruntung, karena tiba di Palestina hanya satu hari sebelum serangan teroris yang sangat mencekam di Bandara Ataturk Istanbul. Tak hanya itu, sejak keberangkatan saya dari Turki ada pula upaya kudeta yang berhasil digagalkan. Lantas, diikuti dengan maklumat negara dalam kondisi darurat. Saya sangat bingung mengikuti berita-berita dari Turki, tapi di saat yang sama saya memahami tentang arti sebenarnya hidup “di bawah penjajahan” di Palestina.

Tak punya pilihan
“Kau ingin kembali ke negaramu?” tanya salah seorang teman Palestina. Ia tahu bahwa beberapa teman Turki yang berpikiran sekuler ingin meninggalkan Turki, karena pemerintah tampaknya semakin otoriter pasca-kudeta. “Kau ingin meninggalkan Palestina?” Saya balik bertanya tanpa menjawab pertanyaannya. “Saya ingin pergi, tapi rasanya saya tidak akan pergi,” ujar teman Palestina saya.

Seperti kutipan terkenal dari sebuah film Turki, “Kenapa seseorang mencintai negaranya? Karena ia tak punya pilihan lain.” Saya tidak bisa membayangkan betapa sulit dan melelahkan secara emosional bagi teman saya. Karena, sebagai orang Palestina ia harus melewati sejumlah pos pemeriksaan setiap hari di negaranya sendiri. Bahkan satu pengalaman buruk di sebuah pos pemeriksaan lebih dari cukup bagi saya untuk setidaknya memiliki pemahaman dasar tentang batasan-batasan tak berperikemanusiaan yang diberlakukan penjajah ‘Israel’.

Saat bepergian dengan rekan-rekan saya ke bagian lain dari “Tembok Pemisah” (lebih tepatnya disebut “Tembok Pencaplokan”) untuk mengunjungi salah satu desa Badui yang ingin dihancurkan otoritas ‘Israel’ dengan dalih “masalah keamanan”, dua serdadu ‘Israel’ bersenjata lengkap naik ke atas bis dan memeriksa paspor dan kartu identitas kami. Meskipun para penumpang berasal dari berbagai belahan dunia, para serdadu – sungguh mengherankan – hanya meminta orang-orang Turki dan Palestina turun dari bis.

Mereka menggeledah barang-barang dan menginterogasi kami. Akhirnya mereka melepaskan kami, kecuali salah seorang rekan Palestina saya. Warga Palestina di Tepi Barat terjajah harus memiliki izin sementara untuk bepergian ke sisi lain Tembok Pemisah, dan meskipun teman saya memiliki izin sah yang berlaku setiap hari selama seminggu, komandan di pos pemeriksaan itu tidak membiarkannya lewat dengan dalih “itu hari Sabtu”. Ia menggunakan kekuasaannya untuk melanggar hak asasi teman saya untuk bebas bergerak. Sayangnya, pos pemeriksaan ada di mana-mana dan karena teman saya tidak mau kami tinggal bersamanya, ia akhirnya berjalan selama lebih dari dua mil di padang pasir yang sangat panas sebelum menumpang mobil ke desa terdekat.

“Welcome to the club!” katanya kepada saya dengan ceria sambil mengemas kembali tasnya di pos pemeriksaan. Begitulah warga Palestina, mereka bersikap positif meskipun ketidakadilan menimpa mereka. Mereka masih bisa tertawa dalam situasi yang mereka hadapi. Mungkin ini salah satu dari sekian banyak hal yang tersisa bagi mereka untuk diandalkan. Contoh lainnya, saya bertemu seorang pengungsi lansia di kamp pengungsi Aida di dekat Bayt Lahm, Hajj Abu Sabri namanya. Ia melarikan diri dari desanya karena Nakba pada 1948. Kini ia harus tinggal di kamp, dimana penduduknya menderita akibat kekurangan pelayanan dasar. Ia masih penuh harapan bahwa suatu hari ia akan bisa kembali ke desanya. “Saya lebih tua dari ‘Israel’,” katanya sambil tertawa.

Lima fakta tak mengenakkan
Meskipun para pengunjung terkejut dengan apa yang mereka lihat di Palestina terjajah, kehidupan sehari-hari terus berjalan, sekalipun di bawah kondisi ekstrem. Inilah lima fakta tak mengenakkan tentang hidup di bawah penjajahan (catatan: ini bukan daftar menyeluruh atau definitif):

1. Air sangat penting bagi kehidupan. Namun, otoritas ‘Israel’ menerapkan rezim apartheid air di Wilayah Palestina Terjajah (OPT), dimana akses warga Palestina terhadap sumber-sumber air di tanah mereka sendiri dibatasi. Warga Palestina mengonsumsi air sekitar 79 liter per kapita per hari di Tepi Barat pada tahun 2014. Angka tersebut jauh di bawah angka minimum yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni 100 liter per kapita per hari untuk penggunaan skala domestik. ‘Israel’ juga merampas sejumlah mata air, yang digunakan untuk irigasi dan rekreasi. Tiga puluh mata air dikuasai sepenuhnya oleh para pemukim ilegal Yahudi, dan mereka sama sekali tak membiarkan warga Palestina mengakses area tersebut. Selain itu, warga Palestina juga hanya boleh mengakses sebagian pesisir Laut Mati, namun seringkali mereka malah tak diizinkan ke sana.

2. Prinsip “tolak pajak tanpa perwakilan rakyat” (seruan dalam Perang Kemerdekaan Amerika sebagai wujud protes karena harus membayar pajak ke London, tapi mereka tak memiliki perwakilan di parlemen-red) telah dilanggar dengan sistem identitas yang diberlakukan ‘Israel’. Sistem tersebut dibuat untuk membatasi tempat warga Palestina bisa tinggal dan membatasi partisipasi politik mereka. Sekitar 300.000 warga Palestina di Timur Baitul Maqdis tidak memiliki hak pilih dan tidak menikmati fasilitas publik, padahal mereka dikenakan pajak oleh ‘Israel’.

3. ‘Israel’ menerapkan kebijakan pencaplokan de facto melalui permukiman-permukiman ilegal Yahudi. Tentu saja itu ilegal berdasarkan hukum internasional seperti termaktub dalam Pasal 49 Konvensi Jenewa Keempat. Tak hanya itu, permukiman-permukiman ilegal itu juga mengeksploitasi sumber-sumber daya warga Palestina. Otoritas ‘Israel’ memperkirakan, nilai barang-barang yang diproduksi di permukiman-permukiman ilegal Yahudi yang berlokasi di Tepi Barat dan diekspor ke Eropa sekitar $300 juta per tahun. Selain eksploitasi ekonomi, para pemukim ilegal Yahudi juga bisa dengan bebas terus melakukan serangan terhadap warga Palestina dan properti mereka tanpa ada tuntutan apapun atas aksi kejahatan tersebut.

4. Kebebasan bergerak terus menerus dilanggar. Penjajah Zionis telah menerapkan sistem jalan terpisah (antara warga ‘Israel’ dan Palestina) sehingga warga Palestina dilarang berkendara lebih dari 65 km di jalan-jalan di Tepi Barat. Jalan-jalan tersebut hanya boleh digunakan oleh para pemukim ilegal Yahudi. Belum lagi ratusan penghalang jalan dan 99 pos-pos pemeriksaan di Tepi Barat. Selain itu, ada pula Tembok Pemisah sepanjang 712 kilometer yang merupakan wujud nyata penjajahan ‘Israel’. Sekitar 85 persen Tembok dibangun di wilayah terjajah, bukannya di sisi ‘Israel’ yang secara internasional dikenal sebagai Garis Hijau.

5. ‘Israel’ membatasi sektor komunikasi perangkat gerak selama bertahun-tahun, dan melarang operator-operator Palestina menyediakan internet 3G. Alasannya, masalah keamanan ada di mana-mana. Perlu diketahui, layanan internet di Tepi Barat terjajah masih merupakan yang paling lambat di dunia.

“Saya cinta Turki!”
Palestina terasa seperti rumah saya sendiri. Mengatakan “Saya berasal dari Turki” merupakan kunci agar diperlakukan seperti teman senegara di sana. “Saya cinta Turki!” dan “Saya cinta Erdogan!” boleh jadi itu dua kalimat yang paling sering saya dengar dalam percakapan sehari-hari saya dengan warga setempat. Dalam konteks ini, memegang paspor Turki merupakan suatu kehormatan di Palestina. Palestina merupakan satu dari sejumlah negara yang menyatakan solidaritas mereka terhadap Turki dan rakyatnya saat terjadi upaya kudeta pada Juli lalu, dengan mengerahkan massa ke jalan-jalan dan membawa bendera Turki.

“Kau berada di sini lebih dari dua bulan,” kata teman Palestina saya. “Kau ingin meninggalkan Palestina?”
“Tidak,” jawab saya tanpa ragu. “Saya tidak ingin pergi, tapi saya harus pergi.”
Saya mencintai negara saya.
Saya mencintai Palestina.
Dan saya tidak punya pilihan lain.* 
(Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha)

Didenda UEFA, Pendukung Celtic Sumbang untuk Palestina

23.09 Add Comment

INGGRIS, Para pendukung Celtic berhasil mengumpulkan lebih dari 100.000 poundsterling untuk dua badan amal yang berkedudukan di Palestina. Padahal, klub tersebut baru saja dihukum karena mengibarkan bendera Palestina saat Liga Juara melawan klub ‘Israel’ Hapoel Beer Sheva pekan lalu. UEFA mendenda klub tersebut karena mengibarkan “panji terlarang”. Seperti diketahui, para pendukung tuan rumah mengibarkan bendera Palestina di sekitar Celtic Park saat pertandingan Rabu malam lalu.

Merespon tindakan “pendisiplinan” itu, para pendukung Celtic meluncurkan kampanye “#matchthefineforpalestine” untuk mengumpulkan dana bagi dua badan amal Palestina. Ahad lalu, kelompok pendukung Brigade Hijau menggagas patungan membayar denda UEFA melalui situs Go Fund Me, dan donasi telah melewati 100.000 poundsterling pada Selasa sore lalu.

Kali ini para pendukung Celtic mengumpulkan uang untuk diberikan kepada Medical Aid Palestine, lembaga yang fokus pada perawatan kesehatan dan medis “mereka yang terkena dampak konflik, penjajahan dan pengungsian”, serta Lajee Centre, sebuah proyek budaya dan olahraga bagi anak-anak di kamp pengungi Aida, di Bayt Lahm.

Dalam pernyataan di media daring (online), para pendukung Celtic menyatakan: “Pada pertandingan Liga Juara melawan Hapoel Beer Sheva 17 Agustus 2016, Brigade Hijau dan para pendukung di seluruh Celtic Park mengibarkan bendera demi Palestina. Aksi solidaritas ini menghasilkan rasa hormat terhadap Celtic dan sorak tepuk tangan di seluruh dunia. Pun, menghasilkan hukuman pendisiplinan dari UEFA, yang menganggap bendera Palestina sebuah ‘panji terlarang’.

“Membalas aksi picik dan politis lembaga yang mengendalikan sepakbola Eropa kami bertekad membuat kontribusi positif terhadap pertandingan dan meluncurkan kampanye #matchthefineforpalestine. Kami berupaya mengumpulkan 75.000 poundsterling yang akan dibagi rata antara Medical Aid Palestine dan Lajee Centre.” Dalam pernyataan juga dijelaskan bahwa dana yang terkumpul akan digunakan untuk membeli perlengkapan sepakbola dan peralatan yang memungkinkan kamp pengungsi memiliki sebuah tim, yang akan disebut Aida Celtic, pada liga pemuda Bayt Lahm.

Celtic menghadapi hukuman kesembilan mereka dari UEFA atas sikap pendukungnya selama lima tahun. Dua tahun lalu klub tersebut didenda lebih dari 15.000 poundsterling karena mengibarkan bendera Palestina di babak kualifikasi Liga Juara saat melawan KR Reykjavik.

Peraturan UEFA melarang penggunaan “isyarat, kata, benda atau hal lainnya yang dimaksudkan untuk mengirimkan pesan yang dianggap tidak layak untuk acara olahraga, terutama pesan-pesan yang bernuansa politis, ideologis, agama, bersifat menyerang dan provokatif”. Kasus klub tersebut akan diadili pada 22 September mendatang.* (independent.co.uk)

Google Tahu Semuanya Kecuali Palestina

00.23 Add Comment

Jakarta — Kebijakan Google untuk menghapus peta Palestina pada 25 Juli 2016 dari aplikasi Google Map mengundang reaksi keras dari warga dunia. Petisi pun digulirkan lewat change.org agar Google mengembalikan Palestina di peta dunia.

Di linimasa, kebijakan Google itu mendapat kritik yang luas. Muhammad Satrio, pemilik akun Twitter @satriobiru menyindir perusahaan mesin pencari informasi terbesar di dunia maya itu karena telah menghapus peta Palestina. “Google knows everything, except Palestine. Soo sad!” atau Google tahu segalanya, kecuali Palestina. Sedih sekali,”kata dia lewat akun twitternya, Sabtu (6/8).
Sindiran lain disampaikan Mohammed Ismail, pemilik akun Twitter @mohammedzismail ” #Palestine recognised at #RioOlympics2016 but not on Google maps.” Menurut dia, Palestina saja menjadi peserta Olimpiade Rio de Janeiro. Namun Google tak juga mengenalinya.

Dikutip dari wikipedia, Google Inc. adalah sebuah perusahaan Amerika Serikat yang fokus pada jasa dan produk Internet. Produk-produk tersebut meliputi teknologi pencarian, komputasi web, perangkat lunak, dan iklan daring. Sebagian besar labanya berasal dari AdWords.

Google didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin saat masih mahasiswa di  Universitas Stanford.  Mereka berdua memegang 16 persen saham perusahaan. Mereka menjadikan Google sebagai perusahaan swasta pada tanggal 4 September 1998. Perusahaan ini diperkirakan mengoperasikan lebih dari satu juta server di beberapa pusat data di seluruh dunia dan memproses lebih dari satu miliar kueri pencariandan sekitar 24 petabita data buatan pengguna setiap harinya. Google pun disebut menjadi penyedia kebutuhan informasi utama manusia modern saat ini.

Hanya, kebijakan kontroversial Google pada 25 Juli lalu mengundang protes.  Forum Jurnalis Palestina mengecam Google yang menghapus Palestina dari petanya. Wilayah Palestina di Google Maps diganti dengan nama Israel.

Dalam pernyataan yang dirilis kemarin, Rabu (3/8), forum mengatakan keputusan Google itu adalah bagian dari skema Israel. “Keputusan Google menghapus Palestina dari peta adalah bagian dari skema Israel untuk menjadi negara terlegitimasi bagi generasi masa depannya dan menghapus Palestina,” katanya. (knrp/yp)

Jika Dibiarkan, Al Aqsha 3 Tahun Lagi Roboh

20.58 Add Comment

KNRP-KP (23/8) - Menteri urusan Al-Quds dan sekaligus kepala daerahnya, Ir. Adnan Husaini mengatakan, kejahatan Zionis membakar Masjid Al-Aqsha pada tahun 1969 masih berlanjut. Ia memperingatkan rencana Zionis menghancurkan Al-Aqsha dalam tiga tahun ke depan, tepatnya tahun 2019 dan akan dibangun diatasnya Haikal.

Ia menyebutkan, aksi bakar Zionis yang telah menghabiskan 25 % hingga 30 % dari luas Masjid Al-Aqsha di sebelah tenggara Kubbah Kiblati, tidak dilakukan oleh perindividu. Aksi tersebut merupakan buah dari perencanaan yang sudah dipelajari secara sistematis baik dari dalam maupun luar negerinya.

Dalam pernyataannya kepada Pusat Infopalestina, Husanini mengatakan, setelah 47 tahun perbaikan Al-Aqsha memang telah selesai dilakukan. Namun kebakaran Al-Aqsha sejak saat itu, terus terjadi dengan berbagai cara dan bentuknya. Mereka melakukan penggalian, pembongkaran bangunan-bangunan di sekitar hingga pengusiran dan penganiayaan terhadap warga di dalam masjid. Hingga saat ini, kami masih khawatir rencana mereka meruntuhkan Al-Aqsha benar-benar dilakukan.

Sejak tahun 2000 mereka melakukan kekacuan dan dan riak-riak sederhana, namun seiring dengan waktu, ratusan hari dan tahun, aksi-aksi mereka bertambah cepat dan berbahaya dengan tujuan yang semakin mendasar yaitu merobohkan Masjid Al-Aqsha. Mereka juga sering melakukan ritual-ritual keagamaan di semua ruangan masjid. Bersamaan dengan itu, mereka juga menyingkirkan para jama’ah shalat untuk menguasai secara penuh Al-Aqsha. Kemudian mereka secara terang-terangan beberapa hari yang lalu mengumumkan akan merobohkan Al-Aqsha dalam tiga tahun ini untuk dibangun di atasnya haikal yang mereka impikan.

Dengan setrategi yang jelas dan terang mereka melancarkan aksi pembakaran terhadap AL-Aqsha tahun 1969, kemudian tahun 2019 mereka akan menghancurkan Al-Aqsha dan membangun di atasnya Kuil. Rencana mereka didukung dengan program pemerintah yang terus memantau pergerakan bersamaan dengan makin dekatnya waktu penghancuran dan bertambah radikalnya kelompok ektrimis Zionis. (asy/melayu.palinfo.com)

Mengenang 47 Tahun Pembakaran Masjid Al Aqsha

03.45 Add Comment

Ketika api membakar sebagian Masjid Al Aqsha karena ulah Yahudi ekstrim, seakan api itu membakar dunia seluruhnya, membakar nurani dunia sampai menjadi abu... Hari ini kita mengenang "Peringatan Pembakaran Masjid Al Aqsha", pembakaran yang menyakitkan itu. Luka itu kembali terusik, darah kembali mendidih, dan hati kita tergerak untuk membalas kejahatan terhadap tempat suci yang diberkahi itu.

Raut di wajah kita menyiratkan kekecewaan.. Ada perasaan yang kita tak mampu melawannya... Sekarang setelah kebakaran juga melanda Arab Spring (Musim Semi Arab) kita.. bahkan melanda seluruh musim kita semuanya.. Tak mungkin kita menunggu "tamparan" lainnya agar kita sadar dan berbuat sebagaimana mestinya.

Orang yang terdekatpun membiarkan kami.. Masji suci kami pun jadi asing bagi mereka.. Mata dunia kami temukan berpaling dari kiblat umat Muslim pertama.

Sekarang kami menghadapi undang-undang zhalim dunia.. Kami melawan penjajah dengan kekuatan yang kami milik..Kami bercita-cita membebaskan Al-Aqsha dari penistaan Zionis, Peringatan Pembakaran Masjid Al-Aqsha tak akan berlalu begitu saja.. Meski sakit itu begitu dalam di relung-relung jiwa kami.. Bahkan ribuan “kebakaran” terjadi setiap hari dan kami temukan pembiaran dan pembiaran.

Namun kami tetap percaya Fajar Kemenangan melawan penjajah zionis sangat dekat.. Karena kami percaya, hak yang teramas tidak akan bisa dikembalikan dengan pembiaran atau justru melupakannya.. Hak terampas hanya bisa diambil kembali dengan kekuatan..

Abo Farah Saleem Tumallah

KNRP Berbagi Paket Lebaran untuk Pengungsi Palestina di Jakarta

00.30 Add Comment

Jakarta – Dalam rangka berbagi kebahagiaan di bulan Ramadhan, Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) berbagi paket lebaran untuk pengungsi Palestina di Jakarta pada Ahad (2/6). Menurut Sekretaris Umum KNRP, Heri Efendi bantuan lebaran ini dimaksudkan untuk menambah kegembiraan pengungsi Palestina di Jakarta dan sekitarnya.
“Karena mereka adalah para pengungsi Palestina yang mengungsi di Indonesia datang dari tempat tempat pengungsian lain,” tutur Heri di Jakarta.
Pengungsi Palestina di Jakarta (3)
Heri menambahkan sebanyak 68% rakyat Palestina telah menjadi pengungsi dan tersebar di berbagai negara, seperti Libanon, Irak,  Yordan, Suriah, Kuwait dan dengan gonjang ganjing kondisi keamanan dan politik di timur tengah membuat mereka mengungsi ke Malaysia dan Indonesia.
“Di Indonesia ada termasuk 400 orang pengungsi Palestina dari Irak, Siria dan berbagai negara lainnya dan 106 diantaranya ada di Jakarta dan sekitarnya,” tutur Heri menambahkan.
Pengungsi Palestina di Jakarta
KNRP memberikan paket lebaran untuk 106 orang pengungsi Palestina di Jakarta. Bantuan tersebut difokuskan berbentuk uang dan kebutuhan pokok mereka.
KNRP berharap bantuan dari donasi rakyat Indonesia ini dapat meringankan beban para pengungsi. “Tidak banyak yang kami berikan kepada mereka. Mudah mudahan membahaguakan saudara kita terutama menghadapi Hari Raya Idul Fitri,” ujar Heri. (yp/knrp)

Gaza Alami Krisis Listrik

21.31 Add Comment

GAZA – Otoritas sumber daya alam Gaza mengumumkan salah satu pembangkit listrik Gaza berhenti beroperasi, menyusul kebijakan penerapan pajak Value terhadap bahan bakar pembangkit listruk, walau ditengah liburan musim panas.
Dalam keteranganya, perusahaan listrik Gaza ini menyebutkan, departemen keuangan belum komit terhadap kesepahaman yang telah dicapai sebelumnya bersama kabinet terkait pembebasan pajak value sebesar 80 % selama bulan Ramadhan yang mengakibatkan habisnya persedian dana perusahaan listrik Gaza yang tak lebih dari 12.5 juta shekel.
Bersamaan dengan ini, sejumlah bank Palestina menolak memberikan berbagai kemudahan bagi perusahaan distribusi listrik walau untuk sementara, selama liburan musim panas ini. Kondisi ini juga diperparah dengan berhentinya pasokan listrik Mesir dan salah satu jalur listrik di Israel.
Dengan ini perusahaan otoritas sumber daya alam meminta semua pihak yang bertanggung jawab dalam masalah ini membebaskan semua bentuk pajak terhadap bahan bakar untuk lsitrik Gaza. (mk/knrp)

Sumber: infopalestina.com
Diberdayakan oleh Blogger.